By : Wayan Supadno.
Sekitar 7 bulan lalu, seorang petani pemula sering telpon saya bahkan akhirnya datang ke rumah Cibubur. Berkeluh kesah kalau padinya dan sawitnya memberi tampilan dan hasil jauh dari harapan. Padahal sudah memakai pupuk super bagus, paling mahal, merk impor dan jumlah banyak. Lalu saya minta foto – foto dan videonya agar dikirim ke saya. Tak lama kemudian esoknya tanaman difoto jarak dekat dan hamparan sekaligus dibuat videonya. Mudah saya amati.
Setelah saya amati foto video tanamannya. Nampak jelas kerdil kuning sama persis dengan yang diceritakan ke saya. Terlihat jelas tanaman tersebut akibat pH rendah sekali (masam). Artinya pelepasan H plus berlebihan. Praktis dipupuk seberapapun nyaris tiada berpengaruh, tak berguna dan hanya jadi sumber pemborosan biaya produksi saja. Nampak juga lahan tersebut lelah hanya diporsir berlebihan pupuk kimia NPK saja. Padahal mungkin butuhnya tidak banyak, justru yang dibutuhkan unsur hara selain NPK.
Lalu, satu petak kecil dari 6 petak sawah yang dimilikinya. Saya minta ditabur dolomit kapur pertanian sekitar 100 kg untuk 1.000 meter. Setelah itu 3 minggu berikutnya saya minta ditabur pupuk kimia NPK tak perlu banyak dan mahal. Secukupnya saja. Begitu juga pupuk organik hayati 200 kg/ 1.000 meter. Seusai dari itu saya minta diamati dan dibandingkan dengan 5 petak sawah lainnya yang tanpa perlakuan, sebagai pembandingnya. “Ternyata hasilnya joss gandos kotos – kotos beda nyata jauh sekali reaksi pupuk ke tanaman bagus sekali “. Itulah tanaman, ciptaan Tuhan paling jujur.
Tanaman selalu mengutarakan rasa terima kasih apa adanya dengan tampilannya dari apa yang diberi, jika sudah sesuai dengan maunya tanaman. Tanaman tidak mau dipaksa diberi pupuk kimia NPK berlebihan jika itu bukan maunya. Jika maunya pH netral harus dinetralkan dulu. Bukan NPK kimia berlebihan tak masuk akal mentang – mentang banyak duitnya. Pahami maunya tanaman baru suplai yang pas dan tepat. Hehe.
Dari kisah di atas, betapa sesungguhnya petani tersebut juga sedang proses belajar kepada dirinya sendiri. Mencari banyaknya menikmati peluang salah dan benar jika sudah nyata dijalani. Ilmu hikmah. Alhasil pada musim berikutnya pola yang sama sudah benar baru diterapkan pada area lebih luas lagi. Petanipun jadi tanpa keluhan lagi. Tanaman sehat, enak dilihat, biaya rendah, omset maupun labanya naik tajam. Dampak imbasnya kini makin semangat bertani inovatif.
Itulah sesungguhnya proses penerapan teknologi remediasi lahan, hal yang mutlak harus dilkukan oleh petani sekarang juga secara massal. Agar hasilnya massal pula secara bersamaan tingkat nasional dan teroenting makin tidak takut dengan barang impor karena biaya produksi telah turun drastis.
Moga bermanfaat..
Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani