By : Wayan Supadno.
“Lembaga pendidikan bukan sekedar untuk membangun manusia agar pintar dan terampil belaka, tapi jauh dari itu target idealnya.”
Sekitar 2 tahun silam kami mengadakan Reuni Akmil Magelang. Kami melakukan penanaman pohon buah-buahan durian dan jeruk sekitar 9 Ha. Ternyata itu bukan pertama kalinya dilakukan oleh alumninya. Buktinya ada ribuan pohon remaja buah manggis sekitar tinggi 2 meter. Katanya Dandema selaku pengelola tertanam 8000 pohon setara dengan 50 Ha. Ditarget jadi area “Car Free Day” tiap hari minggu. Terbayang oleh saya beberapa tahun ke depan akan jadi devisa karena permintaan pasar dunia terhadap manggis makin besar saja untuk industri obat herbal.
Sekitar 3 tahun silam, saya dapat undangan Poltek Negeri Jember dan Universitas Negeri Jember Jatim. Sehari sebelum acara seminar saya diajak keliling Kampus oleh Direktur Poltek Jember. Sekaligus menyaksikan acara bazar rutin yang diadakan tiap seminggu sekali. Sekaligus lomba hasil inovasi mahasiswa dan melatih pola komersialisasi hasil inovasi khususnya pasca panennya. Jujur, saya kagum sekali. Karena partisipasi masyarakat sekitar yang hadir sangat banyak. Berolah raga bersama sambil menjajakan hasil – hasil inovasinya
Saat kami keliling di kawasan kampus, saya ceritakan kalau 1 pohon durian, manggis dan alpukat selama setahun bisa menghasilkan Rp 6 jutaan. Andaikan kampus Poltek Negeri Jember punya 10.000 pohon maka potensi omsetnya Rp 60 milyar/tahunnya. Bisa ditanam pada pekarangan di dalam kampus. Sekaligus jadi bahan edukasi ke mahasiswa dan masyatakat luas. ” Teaching Farm ” bagi semua yang melihat langsung di area kampus termasuk pada parkiran yang selama ini umumnya hanya ditanam pepohonan keras saja. Kontan diprogramkan.
Rasanya sudah lebih dari 50 kampus yang pernah saya kunjungi. Umumnya masih belum mengelola lahan luasnya jadi sentra passive income sekaligus media edukasi lapangan. Padahal kalau musim hujan tiap mahasiswa baru diwajibkan menanam 5 pohon saja dan diminta agar dipertanggung-jawabkan perawatan maupun pemeliharaannya. Niscaya akan jadi tauladan bagi masyarakat sekitar. Terpenting secara moral akan makin tertanam dalam hati juga bagi penanam pohon buah tersebut. Itu pasti, tak ubahnya kita. Mengalami yang sulit dingkari.
Namun demikian, saya selaku petani menaruh rasa hormat dan apresiasi yang tinggi bahwa beberapa tahun terakhir makin bagai menjamur di musim hujan lomba inovasi maupun lomba kiprah nyata di lapangan agar mudah direplikasikan. Ini budaya bagus yang baru tumbuh patut kita pelihara pupuk agar tumbuh dan berkembang makin meluas se Indonesia kita ini. Misal saja, lomba sapi baik besarnya maupun pedetnya, lomba inovasi kelola pasca panen. Syukur – syukur ada lomba Kampus paling hijau produktif. Yang menang dapat hadiah dan yang kalah dapat teguran bendera hitam atau bibit jumlah massal.
Hehe.
PADA VIDEO INI, SUNGGUH NEGARA NON TROPIS BEGITU MENGHARGAI DAN TAHU CERAHNYA MASA DEPAN BUAH TROPIS INDONESIA
Semoga bermanfaat ..
Salam Inovasi 🇲🇨
Wayan Supadno
Pak Tani