Fri. Mar 29th, 2024

Sejenak.

BELAJAR DARI KISAH NYATA.

Wayan Supadno.

Banyak orang jalan di tempat sambil berkeluh kesah karena memelihara belenggu diri. Misal saja merasa tidak punya modal, tanpa gelar, orang desa, tak punya waktu, pengalaman dan seterusnya. Tapi di banyak tempat banyak kisah seakan mengajak berpikir dan berbuat untuk berubah. Berbuat agar lebih luas manfaat danpak karena hidupnya

Dulu masyarakat dunia dididik agar refleks dalam ingatannya bahwa Etiopia adalah negara miskin sarat dengan berita menyayat hati yaitu berita busung lapar dan mayat bergelimpangan karena kelaparan, tapi kini jadi negara ke 12 di dunia sebagai lumbung pangan dunia berkelanjutan. Keadaan alamnya yang tandus gersang, itu tak dihiraukan justru jadi tantangan agar makin belajar dan berbuat nyata, disulap jadi gemah ripah loh jinawi, sumber pangan dunia, hanya dengan waktu puluhan tahun saja.

RRC pada tahun 1978 angka kemiskinannya 97% rasanya tak mungkin bisa maju karena penduduknya saat itu saja di atas 1 milyar, tapi kini angka kemiskinannya hanya 4% bahkan passive income yang besar bagai tak mampu lagi ditampung, lalu meluber ke berbagai negara sebagai dana investasi yang ke depan akan cetak passive income lagi, hanya butuh waktu puluhan tahun saja. Sekarang saja sudah berani melawan negara terkuat Amerika, tak terbayang ke depannya lagi akan seperti apa.

Korea Selatan, apalagi Vietnam usia kemerdekaan negaranya lebih muda dari Indonesia. Artinya puluhan tahun silam masih jadi negara terjajah, tapi saat ini negara – negara tersebut maju pesat bagai menyalip di tikungan percepatan majunya negara lain yang sudah merdeka duluan. Bahkan merk dagang teknologi tinggi seperti Samsung dan lainnya, makin ikut mengibarkan bendera nama harum bangsanya. Begitu juga kopi, lada dan beras Vietnam sangat kompetitif dibanding karya gurunya yaitu di Indonesia.

Di Bogor, dulu pengakuannya hanya berawal dari tanah 400 meter. Tapi lokasi tersebut bisa meluas dari hasi yang dikerjakan di atasnya. Pasti sudah trilyunan omset yang didapatkannya, karena Thailand yang pintar mengelola pasarnya bisa menikmati devisa dari karya tersebut yaitu Aglonema Pride of Sumatera, Widuri dan lainnya. Karya SDM unggul kita tersebut telah mendunia. Jadi devisa jumlah teramat besar bukan hanya bagi Indonesia saja, melainkan bagi negara – negara lain penghasil tanaman hias klas dunia.

Di Malang, seorang anak muda unggul. Segala macam predikat melekat pada dirinya yaitu segala macam keterbatasannya termasuk tak punya modal usaha. Justru itu pula dijadikan pemantik untuk meledakkan namanya agar jadi besar yang mrngharumkan bangsanya, semoga aja melegenda. Ragam inovasi dihasilakannya, kiat meyakinkan pihak lain agar percaya dan mau mendanai atau membeli produknya yang mau dibuat telah diterapkan. Dengan belasan tahun saja telah terbukti karyanya banyak bertebaran di berbagai daerah Indonesia dan negara tetangga.

Dalam kuasa Nya tiada yang mustahil, hanya dengan usaha nyata maka akan berhasil.

Salam Inovasi ??
Wayan Supadno
Pak Tani.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *